Lumajang,(Onenewsjatim) – Nur Hasan, warga Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, berhasil mengubah limbah batok kelapa menjadi produk bernilai tinggi yang diminati pasar internasional. Berawal dari ide kreatif untuk memanfaatkan limbah melimpah di desanya, Hasan kini sukses mengekspor briket arang batok kelapa ke Turki.
Pada tahun 2023, Hasan memulai produksi briket arang setelah melihat potensi besar dari limbah batok kelapa yang selama ini terbuang percuma. Dengan tekad kuat dan belajar secara otodidak melalui YouTube, ia berhasil menciptakan briket berkualitas tinggi yang mampu menembus pasar luar negeri.
"Awalnya saya coba-coba membuat kerajinan dari batok kelapa, dan ternyata banyak yang tertarik. Kemudian ada yang menanyakan apakah saya juga membuat briket. Dari situlah saya mulai serius memproduksi briket," ujar Hasan.
Hasan mengaku banyak belajar melalui video tutorial di YouTube dan kemudian mengembangkan teknik pembuatan briket dengan bahan baku limbah batok kelapa yang sangat mudah didapatkan di sekitar Lumajang. Jika diperlukan pasokan lebih, ia juga mengumpulkan batok kelapa dari daerah sekitar seperti Bondowoso dan Situbondo.
“Awalnya saya hanya membuat kerajinan dari batok kelapa, lalu ada seorang pengusaha Turki yang menghubungi saya dan bertanya apakah saya juga bisa membuat briket. Saya menerima tantangan itu, dan mulai belajar membuat briket secara otodidak,” kata Hasan
Proses pembuatan briket arang batok kelapa ini terbilang sederhana namun membutuhkan ketelitian. Batok kelapa yang telah dikumpulkan kemudian dibakar hingga menjadi arang, lalu digiling halus dan dicampur dengan bahan tambahan seperti tepung tapioka dan sodium. Adonan tersebut kemudian dicetak dan dikeringkan.
Setiap enam bulan, Hasan mengirimkan sekitar 18 ton briket arang ke Turki. Produknya ini sangat diminati karena menghasilkan panas yang stabil dan tidak menghasilkan asap. Briket arang buatan Hasan juga digunakan sebagai bahan bakar untuk shisha di Turki.
"Alhamdulillah, respon pasar di Turki sangat baik. Setiap pengiriman, saya bisa mendapatkan keuntungan hingga puluhan juta rupiah," ungkap Hasan dengan penuh syukur.
Hasan mengungkapkan bahwa setiap enam bulan, ia mengirim sekitar 18 ton briket ke Turki. "Di Turki, briket kami digunakan untuk alat shisha (rokok ala Arab)," jelas Hasan. Setiap kilogram briket yang ia produksi dihargai sekitar Rp 15.000, sementara keuntungan bersih yang didapat bisa mencapai Rp 50 juta setiap kali pengiriman.
Hasan kini mempekerjakan 13 orang warga sekitar untuk membantu produksi, dan ia juga dibantu oleh istrinya, Dayang Andriana, dalam menjalankan usaha ini. Keunggulan briket produksinya terletak pada kualitasnya yang lebih stabil, tidak mengeluarkan asap, dan panas yang lebih terjaga dibandingkan arang biasa.
Namun, meski produk briketnya banyak diminati pasar internasional, Hasan mengungkapkan bahwa permintaan di pasar lokal justru tidak sebanyak yang diharapkan. "Di pasar lokal, pesanan hanya dalam jumlah kecil, tidak seperti di Turki yang membeli dalam jumlah besar," tambahnya.
Dalam perjalanan membangun usaha, Hasan merasakan bahwa dukungan pemerintah untuk usaha seperti miliknya masih sangat terbatas.
"Kami harus berusaha sendiri. Mengajukan bantuan untuk UMKM juga cukup sulit," keluhnya.
Meski begitu, keberhasilan Hasan dalam mengubah limbah menjadi produk bernilai tinggi ini menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa dengan kreativitas dan ketekunan, peluang usaha bisa datang dari hal-hal yang sebelumnya dianggap sepele.
FOLLOW THE Onenewsjatim AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Onenewsjatim on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram