Lumajang, (Onenewsjatim) – Kamis pagi di Desa Wotgalih, suasana pantai selatan tak hanya diwarnai deru ombak, tetapi juga derap langkah para penjaga bumi dan laut. Di sinilah, sinergi lintas sektor berkumpul dalam satu misi: menjaga kehidupan mamalia laut yang terdampar.
Dalam sebuah Bimbingan Teknis (Bimtek) yang berlangsung di Gedung BUMDES Mandiri Sentosa hingga Pantai Wotgalih, puluhan peserta dari berbagai latar belakang hadir. Mulai dari akademisi, aparat desa, hingga prajurit TNI. Salah satunya, Peltu Guntur Rudi Purwanto dari Koramil 0821-11/Yosowilangun, yang dengan penuh semangat mengikuti pelatihan itu.
“Ini bukan soal tugas semata. Ini panggilan kemanusiaan dan cinta alam,” ujar Guntur, usai mengikuti simulasi penanganan mamalia laut yang digelar di akhir kegiatan.
Kegiatan ini digagas untuk merespons potensi kejadian terdamparnya paus, lumba-lumba, atau bahkan dugong, yang belakangan makin sering terjadi di perairan Indonesia. Kabupaten Lumajang, yang memiliki garis pantai selatan, termasuk daerah rawan.
Materi dalam bimtek tak hanya berisi teori tentang identifikasi spesies dan pertolongan pertama bagi mamalia laut. Tapi juga mengupas pentingnya komunikasi cepat antarinstansi—sebuah elemen krusial saat kejadian nyata berlangsung.
Turut terlibat dalam kegiatan ini, antara lain UPT KP3 Probolinggo, BPSPL Denpasar, Dinas Perikanan Lumajang, Universitas Airlangga, BPBD, Damkar, hingga Pokdarwis dan DESTANA Wotgalih.
Kepala Desa Wotgalih menyambut baik langkah ini. “Harapan kami, pelatihan semacam ini tak berhenti di sini. Ini harus jadi gerakan berkelanjutan yang melibatkan masyarakat secara aktif,” ujarnya.
Yang paling menarik? Simulasi di bibir pantai. Di bawah terik mentari dan semilir angin laut, peserta bersama-sama mempraktikkan penyelamatan seekor mamalia laut (yang disimulasikan), mulai dari pelaporan, koordinasi, hingga tindakan penyelamatan dan evakuasi.
Pelatihan ini mungkin hanya sehari. Tapi dampaknya bisa menyelamatkan nyawa—bukan hanya satu, tapi bisa jadi seluruh spesies. Karena menyelamatkan satu paus, berarti menjaga ekosistem yang lebih luas.
Pantai selatan hari itu bukan hanya tempat pelatihan. Ia menjadi saksi bahwa di Lumajang, manusia dan laut bisa berjalan seirama—menjaga, bukan merusak.
FOLLOW THE Onenewsjatim AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Onenewsjatim on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram